Mendengkur
(ngorok) sudah dianggap biasa oleh semua orang. Sudah menjadi anggapan
umum, jika seseorang tidur mendengkur, berarti ia tidur dengan lelap.
Atau orang yang biasa mendengkur adalah orang yang pemalas, selalu
lelah, tak bersemangat, tidak produktif dan mudah tertidur di mana saja.
Ini memang gambaran orang yang mendengkur, tetapi tahukah Anda bahwa
ini semua bisa dijelaskan dan diubah? Juga, tahukah Anda bahwa ada
bahaya yang mengintai dari kebiasaan mendengkur?
Ada sebuah gangguan tidur yang bernama Obstructive Sleep Apnea (OSA), yang ditandai dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS)
dan mendengkur. Pada gangguan ini terjadi penyempitan saluran nafas
atas saat tidur. Penyempitan ini menyebabkan getaran pada bagian-bagian
lunak saluran nafas sehingga menghasilkan suara dengkuran.
Penyempitan
ini mengakibatkan tidak efektifnya pertukaran oksigen dan
karbondioksida sewaktu tidur. Lebih jauh lagi, dengan semakin melemasnya
otot-otot lidah, menyebabkan lidah terjatuh dan menyumbat sama sekali
saluran nafas sehingga terjadi henti nafas (apnea). Pada saat ini
terjadi peningkatan karbondioksida drastis yang akan mengaktifkan sebuah
sensor di tubuh yang akan membangunkan si penderita untuk kembali
bernafas. Bayangkan jika ini terjadi berulang kali selama tidur. Tetapi,
di pagi hari si pendengkur tidak tahu apa yang terjadi di malam
sebelumnya. Karena periode bangun yang terjadi adalah periode bangun
singkat (mini arousal) yang ringan namun sudah mengganggu tidur
penderitanya hingga tidak dapat masuk ke tahapan tidur dalam yang
penting untuk istirahat dan vitalitas seseorang. Akibatnya di pagi hari
si penderita merasa tidak segar dan masih kurang istirahat tanpa tahu
bahwa dirinya bangun berulang kali malam sebelumnya. Tidak jarang ia
juga mengeluhkan sakit kepala di pagi hari. Sedangkan pada siang
harinya, karena kesibukan ia tidak merasakan kantuk, tetapi di saat
meeting atau mengendara kantuk bisa menyerang setiap saat dan tak
tertahankan! Kemampuan mental seperti daya ingat dan konsentrasi pun
menurun. Berikutnya adalah kualitas emosional yang memburuk, sehingga
orang tersebut akan menjadi mudah marah atau tersinggung.
Karena
kerasnya dengkuran dan keadaan emosional yang mudah marah ada pasangan
yang akhirnya bercerai. Nyawa pun banyak yang melayang karena kecelakaan
lalu lintas yang diakibatkan oleh kantuk dan berkurangnya refleks
menghindar. Dua contoh ini sudah menggambarkan betapa besar pengaruh OSA
pada hidup manusia. Saya sering menjumpai penderita OSA yang tidak
pernah mau lagi menyetir karena pernah atau hampir mengalami kecelakaan.
Bahkan salah satunya sampai menangis ketika menceritakan bagaimana ia
hampir mencelakakan seluruh anggota keluarganya karena kantuk yang
menyerang saat mengendara.
Tetapi akibat pada
kesehatan juga tidak dapat dianggap remeh. Para ilmuwan telah memutuskan
bahwa OSA adalah faktor resiko bagi hipertensi, penyakit jantung dan
stroke. Beberapa penelitian dan juga pengalaman pribadi menemukan adanya
penurunan berarti pada tekanan darah setelah perawatan OSA dilakukan.
Penderita diabetes yang menderita OSA pun menunjukkan angka gula darah
yang lebih terkontrol setelah perawatan.
Untuk mendiagnosa OSA seseorang harus menjalani overnight sleep study.
Dimana ia akan direkam dan diamati semalam penuh selama tidur. Yang
direkam adalah gelombang otak, tegangan otot, gerakan bola mata,
tegangan otot, suara dengkuran, posisi tidur, aliran udara nafas,
pergerakan nafas, denyut jantung, kadar oksigen dalam darah, hingga
gerakan kaki. Pemeriksaan ini tidak bersifat infasif maupun menyakitkan,
hanya ditempeli beberapa sensor yang terhubung dengan komputer, lalu
tidur. Sleep study biasanya dilakukan di sleep laboratory atau sleep disorder clinic dengan menggunakan alat yang bernama polisomnografi (PSG).
Setelah diagnosa OSA ditegakkan, perawatan bisa dimulai. Pada jaman dahulu perawatan OSA dilakukan dengan operasi tracheostomy,
dimana leher penderita dilubangi dan diberi sebuah tabung/selang yang
akan memberikan jalan nafas baru, menggantikan jalan nafas atas yang
sering menyempit saat tidur. Tetapi kini terdapat beberapa pilihan
terapi. Pertama adalah dengan operasi pelebaran saluran nafas atas
(UPPP) dengan membuang uvula dan bagian langit-langit mulut yang lunak
atau dengan teknik somnoplasty yang aman dan mudah. Ada pula
operasi plastik atau mulut untuk mengatasi penyempitan jalan nafas yang
disebabkan oleh kecilnya rahang bawah. Dokter gigi juga menyarankan
penggunaan dental appliances untuk mengganjal mulut hingga mencegah lidah terjatuh ataupun melebarkan saluran nafas.
Pilihan
lainnya adalah dengan meniupkan udara bertekanan ke jalan nafas selama
tidur untuk menjaganya tetap dalam keadaan terbuka. Selama tidur ia
menggunakan sebuah masker hidung atau hidung dan mulut yang dihubungkan
dengan sebuah alat yang bernama CPAP (Continuous Positive Airway Pressure).
Beberapa orang yang menggunakan pada awalnya memerlukan adaptasi
terlebih dahulu. Kesulitan beradaptasi dengan CPAP bisa diatasi dengan
pendampingan serta informasi yang menyeluruh dari ahli kesehatan tidur
dan terutama dukungan dari keluarga. Persistensi untuk terus menggunakan
CPAP amatlah penting untuk perbaikan penyakit dan kualitas hidup.
Penggunaan
CPAP menjadi pilihan utama banyak orang karena mudah, tanpa operasi
maupun obat-obatan dan perbaikan yang signifikan sudah dapat langsung
dirasakan setelah pemakaian pertama. Para ahli kedokteran tidur pun
menganjurkan penggunaan CPAP sebagai standar terapi. Kekurangannya
adalah pengguna CPAP tidak dapat mencium pasangannya karena terhalang
masker, tetapi ini biasanya dilakukan sebelum tidur bukan?
Terlepas
dari cara perawatan yang dipilih, perbaikan peri laku dan gaya hidup
tetap harus dilakukan. Pengurangan berat badan pada penderita OSA dengan
obesitas dapat membantu keberhasilan terapi. Kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol maupun obat tidur harus dihentikan.
Sedangkan bagi penderita OSA ringan dan pendengkur yang tidak mengalami
periode henti nafas, dianjurkan juga tidur dalam posisi miring untuk
mencegah jatuhnya lidah ke arah belakang. Salah satu cara yang cukup
efektif adalah dengan menempelkan bola tenis di punggung untuk mencegah
posisi tidur terlentang.
Masih banyak gangguan tidur lain yang belum bisa dibahas di sini, seperti insomnia, narkolepsi, periodic limb movement
dan parasomnia. Akan tetapi gangguan-gangguan ini walaupun tidak kalah
seriusnya, merupakan kasus-kasus yang jarang, ataupun jika sering sudah
banyak diketahui orang (insomnia). OSA menjadi prioritas karena
banyaknya penderita yang tidak menyadari kondisinya. Semoga tulisan
singkat ini dapat menjadi awal bagi kesadaran kita akan kesehatan tidur.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan ngaku Genius , kalo belum koment disini >>>