Senin, April 23, 2012

Mendengkur , bisa menyebabkan Kematian.

Bahaya Mendengkur
Mendengkur (ngorok) sudah dianggap biasa oleh semua orang. Sudah menjadi anggapan umum, jika seseorang tidur mendengkur, berarti ia tidur dengan lelap. Atau orang yang biasa mendengkur adalah orang yang pemalas, selalu lelah, tak bersemangat, tidak produktif dan mudah tertidur di mana saja. Ini memang gambaran orang yang mendengkur, tetapi tahukah Anda bahwa ini semua bisa dijelaskan dan diubah? Juga, tahukah Anda bahwa ada bahaya yang mengintai dari kebiasaan mendengkur?
Ada sebuah gangguan tidur yang bernama Obstructive Sleep Apnea (OSA), yang ditandai dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) dan mendengkur. Pada gangguan ini terjadi penyempitan saluran nafas atas saat tidur. Penyempitan ini menyebabkan getaran pada bagian-bagian lunak saluran nafas sehingga menghasilkan suara dengkuran.
Penyempitan ini mengakibatkan tidak efektifnya pertukaran oksigen dan karbondioksida sewaktu tidur. Lebih jauh lagi, dengan semakin melemasnya otot-otot lidah, menyebabkan lidah terjatuh dan menyumbat sama sekali saluran nafas sehingga terjadi henti nafas (apnea). Pada saat ini terjadi peningkatan karbondioksida drastis yang akan mengaktifkan sebuah sensor di tubuh yang akan membangunkan si penderita untuk kembali bernafas. Bayangkan jika ini terjadi berulang kali selama tidur. Tetapi, di pagi hari si pendengkur tidak tahu apa yang terjadi di malam sebelumnya. Karena periode bangun yang terjadi adalah periode bangun singkat (mini arousal) yang ringan namun sudah mengganggu tidur penderitanya hingga tidak dapat masuk ke tahapan tidur dalam yang penting untuk istirahat dan vitalitas seseorang. Akibatnya di pagi hari si penderita merasa tidak segar dan masih kurang istirahat tanpa tahu bahwa dirinya bangun berulang kali malam sebelumnya. Tidak jarang ia juga mengeluhkan sakit kepala di pagi hari. Sedangkan pada siang harinya, karena kesibukan ia tidak merasakan kantuk, tetapi di saat meeting atau mengendara kantuk bisa menyerang setiap saat dan tak tertahankan! Kemampuan mental seperti daya ingat dan konsentrasi pun menurun. Berikutnya adalah kualitas emosional yang memburuk, sehingga orang tersebut akan menjadi mudah marah atau tersinggung.
Karena kerasnya dengkuran dan keadaan emosional yang mudah marah ada pasangan yang akhirnya bercerai. Nyawa pun banyak yang melayang karena kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kantuk dan berkurangnya refleks menghindar. Dua contoh ini sudah menggambarkan betapa besar pengaruh OSA pada hidup manusia. Saya sering menjumpai penderita OSA yang tidak pernah mau lagi menyetir karena pernah atau hampir mengalami kecelakaan. Bahkan salah satunya sampai menangis ketika menceritakan bagaimana ia hampir mencelakakan seluruh anggota keluarganya karena kantuk yang menyerang saat mengendara.
Tetapi akibat pada kesehatan juga tidak dapat dianggap remeh. Para ilmuwan telah memutuskan bahwa OSA adalah faktor resiko bagi hipertensi, penyakit jantung dan stroke. Beberapa penelitian dan juga pengalaman pribadi menemukan adanya penurunan berarti pada tekanan darah setelah perawatan OSA dilakukan. Penderita diabetes yang menderita OSA pun menunjukkan angka gula darah yang lebih terkontrol setelah perawatan.
Untuk mendiagnosa OSA seseorang harus menjalani overnight sleep study. Dimana ia akan direkam dan diamati semalam penuh selama tidur. Yang direkam adalah gelombang otak, tegangan otot, gerakan bola mata, tegangan otot, suara dengkuran, posisi tidur, aliran udara nafas, pergerakan nafas, denyut jantung, kadar oksigen dalam darah, hingga gerakan kaki. Pemeriksaan ini tidak bersifat infasif maupun menyakitkan, hanya ditempeli beberapa sensor yang terhubung dengan komputer, lalu tidur. Sleep study biasanya dilakukan di sleep laboratory atau sleep disorder clinic dengan menggunakan alat yang bernama polisomnografi (PSG).
Setelah diagnosa OSA ditegakkan, perawatan bisa dimulai. Pada jaman dahulu perawatan OSA dilakukan dengan operasi tracheostomy, dimana leher penderita dilubangi dan diberi sebuah tabung/selang yang akan memberikan jalan nafas baru, menggantikan jalan nafas atas yang sering menyempit saat tidur. Tetapi kini terdapat beberapa pilihan terapi. Pertama adalah dengan operasi pelebaran saluran nafas atas (UPPP) dengan membuang uvula dan bagian langit-langit mulut yang lunak atau dengan teknik somnoplasty yang aman dan mudah. Ada pula operasi plastik atau mulut untuk mengatasi penyempitan jalan nafas yang disebabkan oleh kecilnya rahang bawah. Dokter gigi juga menyarankan penggunaan dental appliances untuk mengganjal mulut hingga mencegah lidah terjatuh ataupun melebarkan saluran nafas.
Pilihan lainnya adalah dengan meniupkan udara bertekanan ke jalan nafas selama tidur untuk menjaganya tetap dalam keadaan terbuka. Selama tidur ia menggunakan sebuah masker hidung atau hidung dan mulut yang dihubungkan dengan sebuah alat yang bernama CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Beberapa orang yang menggunakan pada awalnya memerlukan adaptasi terlebih dahulu. Kesulitan beradaptasi dengan CPAP bisa diatasi dengan pendampingan serta informasi yang menyeluruh dari ahli kesehatan tidur dan terutama dukungan dari keluarga. Persistensi untuk terus menggunakan CPAP amatlah penting untuk perbaikan penyakit dan kualitas hidup.
Penggunaan CPAP menjadi pilihan utama banyak orang karena mudah, tanpa operasi maupun obat-obatan dan perbaikan yang signifikan sudah dapat langsung dirasakan setelah pemakaian pertama. Para ahli kedokteran tidur pun menganjurkan penggunaan CPAP sebagai standar terapi.  Kekurangannya adalah pengguna CPAP tidak dapat mencium pasangannya karena terhalang masker, tetapi ini biasanya dilakukan sebelum tidur bukan?
Terlepas dari cara perawatan yang dipilih, perbaikan peri laku dan gaya hidup tetap harus dilakukan. Pengurangan berat badan pada penderita OSA dengan obesitas dapat membantu keberhasilan terapi. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol maupun obat tidur harus dihentikan. Sedangkan bagi penderita OSA ringan dan pendengkur yang tidak mengalami periode henti nafas, dianjurkan juga tidur dalam posisi miring untuk mencegah jatuhnya lidah ke arah belakang. Salah satu cara yang cukup efektif adalah dengan menempelkan bola tenis di punggung untuk mencegah posisi tidur terlentang.
Masih banyak gangguan tidur lain yang belum bisa dibahas di sini, seperti insomnia, narkolepsi, periodic limb movement dan parasomnia. Akan tetapi gangguan-gangguan ini walaupun tidak kalah seriusnya, merupakan kasus-kasus yang jarang, ataupun jika sering sudah banyak diketahui orang (insomnia). OSA menjadi prioritas karena banyaknya penderita yang tidak menyadari kondisinya. Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi awal bagi kesadaran kita akan kesehatan tidur.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan ngaku Genius , kalo belum koment disini >>>